MENINGKATKAN KEBUGARAN JASMANI MELALUI MODEL PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan jasmani
pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara
keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan
pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya
mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan,
kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional,
keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas
jasmani dan olah raga.
Pendidikan jasmani
merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik,
pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai
(sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat
yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang. Pendidikan
jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan
pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur
hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat
langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan
berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan
pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup
sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses
pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai
keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga,
internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari
pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran
konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan
unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan
dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga
aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan
jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk
mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil,
meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak
manusia.
Namun kenyataan di
lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 2006 menjadi
kurikulum 2010 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi
waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi
waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam menerapkan
kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara
menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran
tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana cara meningkatkan kebugaran jasmani melalui model pendekatan
bermain dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SMP
C. Tujuan
Mengetahui
tingkat kebugaran jasmani melalui model pendekatan bermain dan pembelajaran
pendidikan jasmani pada siswa SMP. Dan mengetahui keefektifan dan efisiensi
dari model pembelajaran yang diterapkan untuk siswa SMP.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan suatu keadaan yang sangat
diinginkan oleh setiap orang. Dengan kebugaran jasmani orang akan dapat tampil
lebih dinamis dan tercipta produktivitas kerja. Manfaat kebugaran jasmani pada
saat ini sudah sangat disadari oleh masyarakat, terbukti dengan berkembangnya
pusat-pusat kebugaran dan kegiatan olahraga yang marak diselenggarakan yang
kesemuanya berpangkal pada pencarian kebugaran jasmani.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa kebugaran jasmani
sangat penting dimiliki oleh setiap manusia agar dapat menjalankan kegiatannya
sehari-hari. Dari hal tersebut muncul suatu pertanyaan.
APAKAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD DENGAN KEBUGARAN JASMANI ITU ?
APAKAH SEBENARNYA YANG DIMAKSUD DENGAN KEBUGARAN JASMANI ITU ?
Di bawah ini akan ada beberapa gambaran yang
menjelaskan tentang apa sebenarnya kebugaran jasmani itu.
Menurut Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya.
Menurut Engkos Kosasih (1985: 10), kebugaran jasmani adalah suatu keadaan seseorang yang mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan. Rusli Lutan (2002: 7), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Menurut Depdikbud (1997: 4), kebugaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
T. Cholik Muthohir (1999) dalam Ismaryati (2006: 40), menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan kondisi yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dengan produktif tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani merupakan komponen seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Menurut Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan. Djoko Pekik (2004: 2), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa timbul kelelahan yang berlebihan sehingga masih menikmati waktu luangnya.
Menurut Engkos Kosasih (1985: 10), kebugaran jasmani adalah suatu keadaan seseorang yang mempunyai kekuatan (strength), kemampuan (ability), kesanggupan, dan daya tahan untuk melakukan pekerjaannya dengan efisien tanpa kelelahan. Rusli Lutan (2002: 7), kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk melaksanakan tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan, dan fleksibilitas. Menurut Depdikbud (1997: 4), kebugaran jasmani pada hakekatnya berkenaan dengan kemampuan dan kesanggupan fisik seseorang untuk melaksanakan tugasnya sehari-hari secara efisien dan efektif dalam waktu yang relatif lama tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti, dan masih memiliki tenaga cadangan untuk melaksanakan aktivitas lainnya.
T. Cholik Muthohir (1999) dalam Ismaryati (2006: 40), menyatakan bahwa kebugaran jasmani merupakan kondisi yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk melakukan tugas dengan produktif tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kebugaran jasmani merupakan komponen seseorang untuk melakukan aktivitas sehari-hari dengan efisien tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan aktivitas selanjutnya.
Manfaat yang
diperoleh dengan menerapkan pola hidup sehat adalah sebagai berikut:
- berpenampilan lebih sehat dan ceria;
- dapat tidur nyenyak;
- dapat menikmati kehidupan sosial;
- dapat berkarya lebih baik;
- dapat meningkatkan produktivitas kerja;
- berpikir sehat dan positif;
- merasa tentram dan nyaman;
- memiliki rasa percaya diri dan hidup seimbang
B. Model Pembelajaran
dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu
bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang
pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan
bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam
kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan
fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan
perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya
imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh
karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya
memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang
permainan yang akan dilakukannya.
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain. Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian
pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan
yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan
standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk
mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan
pendidikan jasmani.
Menurut (Soetoto Pontjopoetro, dkk: 2007) Teoro-teori dalam bermain yang di kemukakan para ahli diantaranya:
Menurut (Soetoto Pontjopoetro, dkk: 2007) Teoro-teori dalam bermain yang di kemukakan para ahli diantaranya:
1. Teori
kelebihan tenaga dari Hebert spencer, yang isinya mengatakan tenaga belebihan
yang ada pada anak itu menuntut jalan keluar dan dapat di salurkan dalam
permainan. Lebih-lebih bagi para pemuda yang kurang mendapatkan kesempatan
untuk mengeluarkan atau melayani hasyrat berkgeraknya, teori ini tepat sekali
2. Teori rekreasi
dari scaller dan lazarus. Teori ini mengungkapkan bahwa permainan itu adalah
keasikan yang bukan dalam bentuk bekerja dan bermaksut untuk bersenang-senang
serta istirahat. Permainan dilakukan orang setelah lelah bekerja dan bermaksut
menyegarkan kembai jiwa dan raganya.
3. Teori atavisme
dari Stanley hall. Menerangkan bahwa permainan anak itu adalah ulangan dari
kehidupan nenek moyangnya. Teori ini boleh dikatakan sesuai dengan pendapat
haeckel, yang negatakan bahwa menurut hokum dasar biogenese tiap-tiap anak itu
mengulangi perbuatan nenek moyangnya.
4. Teori
persiapan atau latihan dari Groos. Yang isi pokoknya memandang bermain itu
sebagai bentuk latihan manusia belum dewasa untuk menyiapkan fungsi-fungsi bagi
keperluan hidup.
5. Teori dari
katarsis dari ariestoteles, memandang bermain itu sebagai saluran untuk
menyalurkan segala emosi yang tertahan dan menyalurkan emosi yang tidak dapat
dinyatakan kearah yang baik.
6. Teori fantasi
(fiksi) dari claparade, anak itu bermain karena dalam kehidupannya sehari-hari
ia tidak dapat kepuasan, sehingga ia melarikan diri kedalam fantasi didalam
permainannnya, tempat ia dapat melepaskan segala kehendak dan kemauanya, dapat
menjadi raja, brkuasa dan sebagainya.
7. Teori
relaksasi dari Patrick, bahwa bermain adalah menyenangkan dan dilakukan karena
ingin bermain. Bermain adalah cara untuk melepaskan
diri dari segala beban kehidupan dan segala macam paksaan. Bermain menimbulkan
kepuasan menghilangkan ketegangan dan tekanan yang ada pada diri pribadi.
Dari beberapa teori diatas maka dalam Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang.
Dari beberapa teori diatas maka dalam Pendidikan jasmani untuk anak harus lebih menekankan kepada aspek permainan dari pada teknik cabang olahraganya karena bermain adalah kebutuhan yang harus dipenuhi oleh setiap manusia pada umumnya dan siswa khususnya. Jadi dengan demikian permainan dikonsentrasikan pada pendekatan memahami masalah yang didasarkan atas domein kognitif, dirancang oleh guru untuk mengarahkan siswa memahami kegiatan dan tujuan ketrampilan dalam kegiatan tersebut. Pendekatan ini memungkinkan guru untuk membantu kelompok kecil atau individu yang tekniknya masih kurang.
Menurut (Herman Subarja: 2007)
ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan bermain, yaitu:
1. Menentuan topik
permainan yang berhubungan dengan materi pembelajaran
2. Menentukan
anggota pemain dan apa bila diperlukan memisahkan antara laki-laki
dan perempuan
3. Pada setiap pelaksanaannya
diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita
hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah.
4. Kita beri kesempatan pada siswa
mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil bersendau gurau,
bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik
secara berpasangan atuapun berkelompok.
5. Setelah mereka melakukan pemanasan
sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul yang menarik, kita beri
penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya setelah
mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka
bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa
mereka sadari mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran
berlangsung.
Unsur pendidikan yang di dapat adalah
1) unsur kognitif : melatih anak untuk dapat mencermati medan dengan cepat,
mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, memprediksi kegagalan,
mengantisipasi permasalahan dengan cepat. 2) Afektif : melatih anak untuk
bersikap sportif, fair play, bekerjasama, bersosialisasi 3) psikomotorik.
Dengan melakukan kegiatan aktivitas jasmani sambil bermain ini anak akan
memiliki kemampuan motorik yang tinggi, terdapat unsur-unsur endurance,
flexibility, agality, speed, coordination
BAB III
PEMBAHASAN
Adanya ruang lingkup
mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI,
SMP/MTs, dan SMA MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani
dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang
lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas
pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik
(aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.
Sesuai dengan karakteristik siswa
SMP, usia 12 – 16 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain.
Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping
harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa
usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik
dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah
pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.
Agar standar
kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan
pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru
pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan
menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi
dalam pembelajaran.
Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, pasal 3 menyatakan bahwa : “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Dengan memperhatikan isi dari UU No.
20 tahun 2003 tersebut, peneliti berpendapat bahwa tugas seorang peneliti
memang berat, sebab kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh keberhasilan
pendidikan dari bangsa itu sendiri. Jika seorang seorang guru atau pendidik
tidak berhasil mengembangkan potensi peserta didik maka negara itu tidak akan
maju, sebaliknya jika guru atau pendidik berhasil mengembangkan potensi peserta
didik, maka terciptalah manusia yang cerdas, terampil, dan berkualitas.
Untuk mencapai tujuan ini
peranan guru sangat menentukan. Menurut
Wina Sanjaya (2006 : 19), peran guru adalah: “Sebagai sumber belajar,
fasilitator, pengelola, demonstrator, pembimbing, dan evaluator”. Sebagai
motivator guru harus mampu membangkitkan motivasi siswa agar aktivitas siswa
dalam proses pembelajaran berhasil dengan baik. Salah satu cara untuk
membangkitkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran adalah dengan mengganti
cara / model pembelajaran yang selama ini tidak diminati lagi oleh siswa,
seperti pembelajaran yang dilakukan dengan ceramah dan tanya-jawab, model
pembelajaran ini membuat siswa jenuh dan tidak kreatif. Suasana belajar
mengajar yang diharapkan adalah menjadikan siswa sebagai subjek yang berupaya
menggali sendiri, memecahkan sendiri masalah-masalah dari suatu konsep yang
dipelajari, sedangkan guru lebih banyak bertindak sebagai motivator dan
fasilitator. Situasi belajar yang diharapkan di sini adalah siswa yang lebih
banyak berperan (kreatif)
Pendidikan jasmani merupakan media
untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan
penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan
sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang
pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.
Pendidikan jasmani memiliki peran yang
sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu
proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani
memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman
belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara
sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan
untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.
Dalam proses pembelajaran pendidikan
jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik
dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas,
jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat.
Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang
bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual,
emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus
mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat
mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat
memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang
menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan
kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.
Agar pembelajaran Penjas khususnya materi gerak dasar
dapat berhasil, maka harus diciptakan lingkungan yang kondusif diantaranya
dengan cara memodifikasi alat dan menciptakan model-model pembelajaran.
Model-model pembelajaran diciptakan dengan mempertimbangkan beberapa faktor,
lima diantaranya yaitu: (1) Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian
tujuan belajar. (2) Karakteristik mata pelajaran. (3) Kemampuan guru. (4)
Fasilitas/media pembelajaran masih sangat terbatas. (5) Kemampuan siswa.
A. Pengertian Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani merupakan suatu keadaan yang sangat
diinginkan oleh setiap orang. Dengan kebugaran jasmani orang akan dapat tampil
lebih dinamis dan tercipta produktivitas kerja. Manfaat kebugaran jasmani pada
saat ini sudah sangat disadari oleh masyarakat, terbukti dengan berkembangnya
pusat-pusat kebugaran dan kegiatan olahraga yang marak diselenggarakan yang
kesemuanya berpangkal pada pencarian kebugaran jasmani.
B. Model Pembelajaran
dengan Pendekatan Bermain
Pendekatan bermain adalah salah satu
bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang
pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan
bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam
kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan
fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.
Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan
perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya
imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh
karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya
memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang
permainan yang akan dilakukannya.
Model Pembelajaran dengan Pendekatan Bermain. Pendekatan permainan adalah suatu proses penyampaian
pengajaran dalam bentuk bermain tanpa mengabaikan materi inti. Permainan
yang dimaksukan disini adalah permainan kecil yang materinya disesuaikan dengan
standar kompetensi dalam kurikulum. Permainan kecil ini dapat digunakan untuk
mengajar Atletik, senam dan cabang olahraga lainnya yang ada hubunganya dengan
pendidikan jasmani.
C.Contoh-Contoh Kegiatan Bermain
C.Contoh-Contoh Kegiatan Bermain
1. Kegiatan
Bentengan
Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang awalnya
mempergunakan pohon atau tiang sebagai sarana bentengnya. Supaya ada bentuk
variasi lain maka kita kembangkan jenis permainan ini dengan media lain.
·
Prasarana :
Berupa lapangan seluas lapangan basket.
·
Sarana :
Bekas
botol plastik, bekas tempat bola tenis, dengan jumlah 5 sampai 10 buah, sebagai
benteng yang harus direbut dan dilarikan dari daerah musuh.
·
Cara bermainnya sama dengan permainan bentengan
lainnya, hanya saja pada bentengan ini yang diperebutkan adalah bekas tempat
bola tenis, atau botol bekas minuman. Langkah pertama peserta dibagi dua team
dengan jumlah sama banyak. Benteng yang terbuat dari botol, atau gelas plastik
berada dibelakang team masing-masing. Tiap team dibagi dalam 3 kelompok
masing-masing sebagai team penyerang, pengecoh lawan dan yang mempertahankan
benteng. Team pemenang adalah team yang berhasil lebih dahulu merebut seluruh
benteng lawan. Bila dibatasi dengan waktu maka team pemenang adalah team yang
paling banyak mengumpulkan benteng lawan.
2. Atletik pada Nomor Lempar Lembing
Pada kegiatan ini pun kita berlakukan mulai pemanasan sampai
kegiatan inti dengan pendekatan bermain. Pada saat pemanasan kita gunakan bola
tenis dengan jumlah yang cukup. Secara berkelompok ataupun berpasangan biarkan
mereka bermain lempar tangkap sambil main kucing-kucingan. Selama kegiatan
pemanasan yang penting mereka melakukan gerakan ada unsur lari, lempar tangkap
baik itu berpasangan maupun kelompok.
Pada kegiatan inti mereka
tidak langsung menggunakan lembing. Biarkan mereka tetap menggunakan bola tetapi
kita arahkan untuk lemparannya sudah menggunakan teknik lemparan lembing. Hal
itu dilakukan secara berulang-ulang biarkan mereka sambil bermain. Kalau
sebagian besar teknik lemparan sudah benar kita lombakan untuk melempar lebih
jauh. Bagi yang mereka lemparannya jauh kita berikan pujian. Bagi yang belum
betul dan belum jauh, kita beri semangat supaya tidak kalah dengan yang lain.
Setelah mereka paham dan bisa membedakan teknik lemparan biasa dengan teknik
lemparan lempar lembing baru kita kenalkan dengan lembing yang sesungguhnya.
Itupun kita buat dalam bentuk bermain, tetapi untuk faktor keamanan dan
keselamatan tetap kita perhatikan.
BAB IV
KESIMPULAN
Pendekatan bermain adalah
suatu model pembelajaran aktifitas jasmani yang merupakan salah satu metode
yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran
sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai
upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih
kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.
Dari hasil-hasil penelitian banyak yang menunjukkan
bahwa dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebelum dilakukan pendekatan
bermain banyak anak yang cenderung pasif, tetapi setelah dibuat dengan model
pembelajaran dengan pendekatan bermain anak lebih termotivasi untuk
beraktivitas jasmani. Penelitian yang dilakukan oleh Andika Putra diperoleh
simpulan bahwa: Penerapan pendekatan bermain dapat meningkatkan hasil belajar
passing bawah pada siswa kelas VII A SMP Negeri 5 Surakarta tahun Pelajaran
2010/2011. Hal ini disebabkan karena mereka dapat melaksanakan aktivitas
jasmani sambil bermain. Dengan demikian model pembelajaran dengan pendekatan
bermain akan lebih baik dan menguntungkan baik untuk pengajar maupun siswa,
karena kebugaran akan tetap terjaga sehingga tingkat kesegaran jasmaninya juga
akan lebih meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas, 2003,
Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMP/MTs,
Jakarta : Depdiknas.
Depdiknas, 2003,
Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta :
Depdiknas
J. Mata Kupan,
2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka
Ngalim Purwanto.
M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Winata Putra Udin,
1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar