BAB
I
PENDAHULUAN
Pengertian Kesehatan Mental Menurut
Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama”bahwa: “Kesehatan mental
merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman
dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara
lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya
kepada tuhan.
Sedangkan menurut paham ilmu
kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Zakiah Daradjat
mendefenisikan bahwa mental yang sehat adalah terwujudnya keserasian yang
sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri
antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya berdasarkan keimanan
dan ketakwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup bermakna dan bahagia di dunia
dan akhirat. Jika mental sehat dicapai, maka individu memiliki integrasi,
penyesuaian dan identifikasi positif terhadap orang lain. Dalam hal ini,
individu belajar menerima tanggung jawab, menjadi mandiri dan mencapai
integrasi tingkah laku.
Mental sehat manusia dipengaruhi
oleh faktor internal dan external. Keduanya saling mempengaruhi dan dapat
menyebabkan mental yang sakit sehingga bisa menyebabkan gangguan jiwa dan penyakit jiwa.
Masalah yang sering
terjadi pada perkembangan intelektual dan emosional remaja adalah ketidak
seimbangan antara keduanya. Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang sejak
awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah dan di
sekolah dengan berbagai media. Mereka telah dibanjiri informasi berbagai
informasi, pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media
massa (televise, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan
dari kehidupan remaja sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sangat cepat dan semakin modern mempengaruhi dunia pendidikan yang
cenderung mengutamakan aspek kognitif (kecerdasan intelektual), sementara
nilai-nilai afektif keimanan, ketakwaan, mengelola emosi dan akhlak mulia
sebagaimana ditegaskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional yaitu : untuk
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang maha Esa dan berakhlak mulia, kurang banyak dikaji
dalam dunia pendidikan persekolahan. Hal ini bukan karena tidak disadari
esensinya, melainkan pendidikan lebih mengutamakan mengejar ilmu pengetahuan
dari pada mendidik dan membina kepribadian dan akhlak mulia anak didik. Dunia
pendidikan tidak mengembangkan nilai-nilai afektif sebagai dasar pmbinaan
kepribadian anak yang menjadi tolok ukur pertama dan utama dalam pelaksanaan
pendidikan di Negara kita, menjadi parsial atau tidak utuh sebagaimana
diisyaratkan oleh Pendidikan Umum bahwa pendidikan menyeimbangkan kemampuan
kognitif, afektif dan psikomotorik. Akibat nilai pendidikan parsial, tidak
menyeimbangkan kognitif dan afektif, anak didik disatu pihak intelektualnya
cerdas, kemampuan skill cakap dan terampil, di sisi lain potensi afeksi
emosional tidak terbina terutama di kalangan remaja sehingga melahirkan erosi
moral afektual, kultural dan menjadi penyebab dehumanisasi dan demoralisasi.
Gejala- gejala emosional para remaja seperti perasaan sayang, marah, takut,
bangga dan rasa malu, cinta dan benci, harapan-harapan dan putus asa, perlu
dicermati dan dipahami dengan baik. Sebagai pendidik mengetahui setiap aspek
tersebut dan hal yang lain merupakan sesuatu yang terbaik sehingga perkembangan
remaja sebagai peserta didik berjalan dengan normal dan mulus tanpa ada
mengalami gangguan sedikitpun.
BAB
II
ISI
A.
PENGERTIAN REMAJA
Remaja
adalah waktu manusia
berumur belasan tahun.
Pada masa remaja manusia tidak dapat disebut sudah dewasa tetapi tidak dapat pula disebut anak-anak.
Masa remaja adalah masa peralihan manusia dari anak-anak menuju dewasa.
Remaja merupakan masa
peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 tahun
sampai 21 tahun.
Menurut psikologi,
remaja adalah suatu periode transisi dari masa awal anak anak hingga masa awal
dewasa, yang dimasuki pada usia kira kira 10 hingga 12 tahun dan berakhir pada
usia 18 tahun hingga 22 tahun. Masa remaja bermula pada perubahan fisik yang
cepat, pertambahan berat dan tinggi badan yang dramatis, perubahan bentuk
tubuh, dan perkembangan karakteristik seksual seperti pembesaran buah dada,
perkembangan pinggang dan kumis, dan dalamnya suara. Pada perkembangan ini,
pencapaian kemandirian dan identitas sangat menonjol (pemikiran semakin logis,
abstrak, dan idealistis) dan semakin banyak menghabiskan waktu di luar
keluarga.[1]
Dilihat dari bahasa inggris
"teenager", remaja artinya yakni manusia berusia belasan tahun.Dimana
usia tersebut merupakan perkembangan untuk menjadi dewasa. Oleh sebab itu orang tua
dan pendidik sebagai bagian masyarakat
yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan
remaja menuju kedewasaan.[rujukan?]
Remaja juga berasal dari kata latin "adolensence" yang berarti tumbuh
atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas
lagi yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik (Hurlock, 1992). Remaja memiliki tempat di
antara anak-anak
dan orang tua karena sudah tidak termasuk golongan anak tetapi belum juga
berada dalam golongan dewasa
atau tua.
Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja
menunjukkan dengan jelas sifat transisi
atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi
memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa
remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami
perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa.Masa remaja
berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Sedangkan menurut Zakiah Darajat (1990: 23)
remaja adalah: Masa peralihan di antara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa
ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun
perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak
baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003: 26) bahwa
remaja (adolescene) diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa
anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional. Batasan usia remaja yang umum digunakan oleh para ahli adalah
antara 12 hingga 21 tahun.
Rentang waktu usia remaja ini biasanya
dibedakan atas tiga, yaitu :
- 12 – 15 tahun
- masa remaja awal, 15 – 18 tahun
- masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun
- masa remaja akhir.
Tetapi Monks, Knoers, dan
Haditono membedakan masa remaja menjadi empat bagian, yaitu masa pra-remaja 10
– 12 tahun, masa remaja awal 12 – 15 tahun, masa remaja pertengahan 15 – 18
tahun, dan masa remaja akhir 18 – 21 tahun (Deswita, 2006:192) Definisi yang
dipaparkan oleh Sri Rumini & Siti Sundari, Zakiah Darajat, dan Santrock
tersebut menggambarkan bahwa masa remaja adalah masa peralihan dari masa
anak-anak dengan masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana
pada masa tersebut terjadi proses pematangan baik itu pematangan fisik, maupun
psikologis.
B.
KESEHATAN MENTAL PADA REMAJA
Dalam
psikologi perkembangan remaja dikenal sedang dalam fase pencarian jati diri
yang penuh dengan kesukaran dan persoalan. Fase perkembangan remaja ini
berlangsung cukup lama kurang lebih 11 tahun, mulai usia 11-19 tahun pada
wanita dan 12-20 tahun pada pria. Fase perkebangan remaja ini dikatakan fase
pencarian jati diri yang penuh dengan kesukaran dan persoalan adalah karena
dalam fase ini remaja sedang berada di antara dua persimpangan antara dunia
anak-anak dan dunia orang-orang dewasa.
Secara tradisional masa remaja
dianggap sebagai periode “badai dan topan”, suatu masa dimana ketegangan emosi
meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Ciri perkembangan psikologis remaja adalah
adanya emosi yang meledak-ledak, sulit dikendalikan, cepat depresi (sedih,
putus asa) dan kemudian melawan dan memberontak. Emosi
tidak terkendali ini disebabkan oleh konflik peran yang senang dialami remaja.
Oleh karena itu, perkembangan psikologis ini ditekankan pada keadaan emosi
remaja.
Keadaan emosi pada masa remaja
masih labil karena erat dengan keadaan hormon. Suatu saat remaja dapat sedih
sekali, dilain waktu dapat marah sekali. Emosi remaja lebih kuat dan lebih
menguasai diri sendiri daripada pikiran yang realistis. Kestabilan emosi remaja
dikarenakan tuntutan orang tua dan masyarakat yang akhirnya mendorong remaja
untuk menyesuaikan diri dengan situasi dirinnya yang baru. Hal tersebut hampir
sama dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1990), yang mengatakan bahwa kecerdasan emosi
akan mempengaruhi cara penyesuaian pribadi dan sosial remaja. Bertambahnya
ketegangan emosional yang disebabkan remaja harus membuat penyesuaian terhadap
harapan masyarakat yang berlainan dengan dirinya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi
mental remaja, yaitu :
A. Faktor
Internal
Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri seseorang seperti sifat, bakat, keturunan dan sebagainya. Contoh sifat yaitu seperti sifat jahat, baik, pemarah, dengki, iri, pemalu,pemberani, dan lain sebagainya. Contoh bakat yakni misalnya bakat melukis, bermain musik, menciptakan lagu, akting, dan lain-lain. Sedangkan aspek keturunan seperti turunan emosi, intelektualitas, potensi diri, dan sebagainya.
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berada di luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi mental seseorang. Lingkungan eksternal yang paling dekat dengan seorang manusia adalah keluarga seperti orang tua, anak, istri, kakak, adik, kakek-nenek, dan masih banyak lagi lainnya.
Faktor luar lain yang berpengaruh yaitu seperti hukum, politik, sosial budaya, agama, pemerintah, pendidikan, pekerjaan, masyarakat, dan sebagainya. Faktor eksternal yang baik dapat menjaga mental seseorang, namun faktor external yang buruk / tidak baik dapat berpotensi menimbulkan mental tidak sehat.
Menurut Mappiare (dalam
Hurlock, 1990) remaja
mulai bersikap kritis dan tidak mau begitu saja menerima pendapat dan perintah
orang lain, remaja menanyakan alasan mengapa sesuatu perintah dianjurkan atau
dilarag, remaja tidak mudah diyakinkan tanpa jalan pemikiran yang logis. Dengan
perkembangan psikologis pada remaja,
terjadi kekuatan mental, peningkatan kemampuan daya fikir, kemampuan mengingat
dan memahami, serta terjadi peningkatan keberanian dalam mengemukakan pendapat.
Manusia
pada masa remaja yang sedang mencari jati dirinya membuat emosinya menjadi
sangat labil dan mudah terganggu kesehatan mentalnya.
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut :
1. Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada
2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya)
3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut
5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya
6. Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun lingkungan sosialnya
7. Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8. Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9. Memiliki integrasi kepribadian
10. Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya
Faktor - faktor lain yang membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah :
1. faktor biologi.
Yaitu proses pertumbuhan ciri - ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri seksual primer adalah proses pertumbuhan organ – organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina dll. Ciri – ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ organ tubuh yang tidak berkaitan langsung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yg pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan yg pesat dll.
Perubahan faktor biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti :
a. Sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru.
Pertumbuhan fisik yang secara tiba – tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat disbanding kan temen teman sebaya lainnya dapat menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b. Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi.
Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya kepada teman – temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan kepada hal buruk seperti seks bebas, manstrubasi dan salah dalam perlakukan dirinya sendiri.
2. faktor keluarga.
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap. remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
3. faktor lingkungan dan sosial
Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. Faktor - faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.
Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja :
Dampak positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa masa stress dan gangguan kesehatan mental lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya pembelajaran dari pengalaman yang menyebabkan frustasi tersebut dan menjadikannya motivasi untuk terus berusaha lebih baik.
Dampak negatifnya jika remaja tidak bisa mengatasi stress dan kesehatan mental lainnya maka dapat timbul :
1. kenakalan remaja.
2. penyalahgunaan obat terlarang dan alcohol
3. seks bebas
4. gangguan makan
5. bunuh diri
6. gangguan mental
7. kurangnya percaya diri
Kriteria remaja yang bermental sehat adalah sebagai berikut :
1. Dapat menerima perubahan – perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada
2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya)
3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya
4. Mampu menemukan jati dirinya dan berprilaku sesuai jati dirinya tersebut
5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya
6. Dapat mengaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekola maupun lingkungan sosialnya
7. Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih
8. Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat di kejar dan di wujudkan untuk memotivasi diri menjadi seorang yang berguna
9. Memiliki integrasi kepribadian
10. Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya
Faktor - faktor lain yang membuat kesehatan mental remaja terganggu adalah :
1. faktor biologi.
Yaitu proses pertumbuhan ciri - ciri seksual primer dan sekunder. Ciri ciri seksual primer adalah proses pertumbuhan organ – organ seksual yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi seperti pada pria yaitu pertumbuhan penis, sperma dll. Pada wanita yaitu matangnya ovarium, vagina dll. Ciri – ciri seksual sekunder adalah pertumbuhan organ organ tubuh yang tidak berkaitan langsung dengan proses reproduksi. Contohnya pada pria yaitu munculnya bulu di ketiak dan kelamin, perubahan suara, pertumbuhan badan yg pesat dll. Pada wanita yaitu bulu di ketiak dan kelamin, payudara membesar, pertumbuhan badan yg pesat dll.
Perubahan faktor biologi dapat membuat kesehatan mental remaja terganggu seperti :
a. Sulit beradaptasi dengan kondisi fisiknya yang baru.
Pertumbuhan fisik yang secara tiba – tiba pesat membuat remaja menjadi bingung dan sulit menghadapinya. Pertumbuhan yang terlalu cepat disbanding kan temen teman sebaya lainnya dapat menimbulkan rasa malu karena merasa berbeda. Sedangkan pertumbuhan yang terlambat dapat membuat remaja minder dan tidak percaya diri dalam bergaul.
b. Salah informasi yang menyebabkan salah persepsi.
Mereka ingin bertanya kepada orang yang lebih dewasa tapi merasa malu dan justru bertanya kepada teman – temannya yang malah memberikan jawaban yang salah dan dapat menjerumuskan kepada hal buruk seperti seks bebas, manstrubasi dan salah dalam perlakukan dirinya sendiri.
2. faktor keluarga.
Persoalan paling signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa.
Seringkali orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”, “Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya. Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap. remaja sering menunjukkan sikap menantang otoritas orangtuanya
3. faktor lingkungan dan sosial
Pada faktor lingkungan dan sosial melingkupi semua yang berhadapan langsung dengan remaja seperti pertemanan dan pergaulan, sekolah dan lingkungan rumah sekitar. Faktor - faktor tersebut sangat mempengaruhi kepribadian seseorang dari lingkungan remaja banyak belajar dan meniru. Jika lingkungan terlalu banyak menuntut remaja untuk banyak melakukan hal maka remaja tersebut dapat sangat tertekan. Lingkungan yang tidak baik serta pergaulan yang salah juga dapat membuat remaja menjadi terganggu kesehatan mentalnya.
Dampak gangguan kesehatan mental pada remaja :
Dampak positifnya jika remaja tersebut dapat melalui masa masa stress dan gangguan kesehatan mental lainnya maka remaja tersebut dapat menjadikannya pembelajaran dari pengalaman yang menyebabkan frustasi tersebut dan menjadikannya motivasi untuk terus berusaha lebih baik.
Dampak negatifnya jika remaja tidak bisa mengatasi stress dan kesehatan mental lainnya maka dapat timbul :
1. kenakalan remaja.
2. penyalahgunaan obat terlarang dan alcohol
3. seks bebas
4. gangguan makan
5. bunuh diri
6. gangguan mental
7. kurangnya percaya diri
C. CARA
MENGATASI GANGGUAN MENTAL PADA REMAJA
Usaha – usaha untuk mencegah
gangguan kesehatan mental yaitu melalui peran serta keluarga dengan selalu
membimbing remaja. Namun peran orangtua dalam membimbing remaja banyak yang
salah dan tidak sesuai maka harus di lakukan banyak penyuluhan di masyarakat
oleh pemerintah. Program kesehatan mental remaja ini dapat dilakukan melalui
institusi-institusi formal remaja, seperti sekolah, dan dapat pula melalui
intervensi-intervensi lain seperti program-program kemasyarakatan, atau
program-program yang dibuat khusus untuk kelompok remaja. Dalam
keseharian remaja juga harus berlatih untuk melakukan dialog dengan diri
sendiri dalam menghadapi setiap masalah, bersikap positif dan optimistis, serta
mampu mengembangkan harapan yang realistis. Remaja juga harus mampu menafsirkan
isyarat-isyarat social. Artinya, mengenali pengaruh sosial terhadap perilaku
remaja dan melihat dampak perilaku remaja, baik terhadap diri sendiri maupun
masyarakat dimana remaja berada. Remaja juga harus dapat memilih
langkah-langkah yang tepat dalam setiap penyelesaian masalah yang remaja hadapi
dengan mempertimbangkan resiko yang akan terjadi. Meskipun demikian, pendekatan
dan pemecahan dari pendidikan merupakan salah satu jalan yang paling strategis,
karena bagi sebagaian besar remaja bersekolah dengan para pendidikan, khususnya
gurulah yang paling banyak mempunyai kesempatan berkomunikasi dan bergaul. Dalam
kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit
diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten
dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh
tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar
dengan jalan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan sekolah sehingga mereka
menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang
mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri. Apabila
ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut,
misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok
pembicaraan, dan memulai aktivitas baru. Jika kemarahan siswa tidak juga reda,
guru dapat meminta bantuan kepada petugas bimbingan penyuluhan. Dalam diskusi
kelas, tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam
meningkatkan pandangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang
sangat ambisisus, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi
kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya. Pemberian
tugas-tugas yang dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, belajar menimbang,
memilih dan mengambil keputusan yang tepat akan sangat menunjang bagi pembinaan
kepribadiannya. Cara yang paling strategis untuk ini adalah apabila para
pendidik terutama para orang tua dan guru dapat menampilkan pribadi-pribadinya
yang dapat merupakan objek identifikasi sebagai pribadi idola para remaja.
Kesulitan dan persoalan yang muncul pada fase remaja ini
bukan hanya muncul pada diri remaja itu sendiri melainkan juga pada orangtua,
guru dan masyarakat. Dimana dapat kita lihat seringkali terjadi pertentangan
antara remaja dengan orangtua, remaja dengan guru bahkan dikalangan remaja itu
sendiri. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa keberadaan remaja yang ada di
antara dua persimpangan fase perkembanganlah (fase interim) yang membuat fase
remaja penuh dengan kesukaran dan persoalan. Dapat dipastikan bahwa seseorang
yang sedang dalam keadaan transisi atau peralihan dari suatu keadaan ke keadaan
yang lain seringkali mengalami gejolak dan goncangan yang terkadang dapat
berakibat buruk bahkan fatal (menyebabkan kematian).(Syah, 2001) Namun, pada
dasarnya semua kesukaran dan persoalan yang muncul pada fase perkembangan
remaja ini dapat diminimalisir bahkan dihilangkan, jika orangtua, guru dan
masyarakat mampu memahami perkembangan jiwa, perkembangan kesehatan mental
remaja dan mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja.Persoalan paling
signifikan yang sering dihadapi remaja sehari-hari sehingga menyulitkannya untuk
beradaptasi dengan lingkungannya adalah hubungan remaja dengan orang yang lebih
dewasa, terutama sang ayah, dan perjuangannya secara bertahap untuk bisa
membebaskan diri dari dominasi mereka pada level orang-orang dewasa. Seringkali
orangtua mencampuri urusan-urusan pribadi anaknya yang sudah remaja dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut, “Dimana kamu semalam?”,
“Dengan siapa kamu pergi?”, “Apa yang kamu tonton?” dan lain sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut pada dasarnya ditujukan oleh orangtua adalah
karena kepedulian orangtua terhadap keberadaan dan keselamatan anak remajanya.
Namun ditelinga dan dipersepsi anak pertanyaan-pertanyaan tersebut seperti
introgasi seorang polisi terhadap seorang criminal yang berhasil ditangkap. Menurut
pandangan para ahli psikologi keluarga atau orangtua yang baik adalah orangtua
yang mampu memperkenalkan kebutuhan remaja berikut tantangan-tantangannya untuk
bisa bebas kemudian membantu dan mensupportnya secara maksimal dan memberikan
kesempatan serta sarana-sarana yang mengarah kepada kebebasan. Selain itu
remaja juga diberi dorongan untuk memikul tanggung jawab, mengambil keputusan,
dan merencanakan masa depannya. Namun, proses pemahaman ini tidak terjadi
secara cepat, perlu kesabaran dan ketulusan orangtua di dalam membimbing dan
mengarahkan anak remajanya. Selanjutnya para pakar psikologi menyarankan
strategi yang paling bagus dan cocok dengan remaja adalah strategi menghormati
kecenderungannya untuk bebas merdeka tanpa mengabaikan perhatian orangtua
kepada mereka. Strategi ini selain dapat menciptakan iklim kepercayaan antara
orangtua dan anak, dapat juga mengajarkan adaptasi atau penyesuaian diri yang
sehat pada remaja. Hal ini sangat membantu perkembangan, kematangan, dan
keseimbangan jiwa remaja,(Mahfuzh, 2001).
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Jadi, usia remaja merupakan usia paling rentan
terhadap pengaruh yang berasal dari dalam dan dari luar yang dijalani oleh
remaja itu sendiri. Oleh sebab itu orang tua
dan pendidik sebagai bagian masyarakat
yang lebih berpengalaman memiliki peranan penting dalam membantu perkembangan
remaja menuju kedewasaan.
Remaja memiliki pandangan tersendiri yang memiliki
rasa ingin tahu yang kuat, karena pada masa dan umur tersebut, para remaja
lebih senang untuk mencari dan mencoba hal-hal yang baru. Sehingga lingkungan
dan para orang tua serta guru memiliki peran penting untuk dapat membawa para
remaja ke hal-hal yang positive bagi remaja.
B. KRITIK
DAN SARAN
Puji Syukur kami panjatkan kepada Alloh
SWT atas terselesaikannya makalah ini. Kami selaku penulis sadar bahwa dalam
makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan, baik dari segi penulisan,
bahasa, atau data yang kurang lengkap. Oleh karena itu saran dan kritik dari
para pembaca yang bersifat membangun sangat kami harapkan untuk kami jadikan
koreksi dan perbaikan dalam pembuatan makalah yang selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock, E. (2002). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Syamsudin, Abin M. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Willis, Sofyan. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sunarto & Agung, Hartono. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta : PT. Rineka Cipta
Syamsudin, Abin M. (2005). Psikologi Kependidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Willis, Sofyan. (2005). Remaja dan Masalahnya. Bandung : Alfabeta
Yusuf, Syamsu & Nurihsan, Juntika. (2005). Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung : Remaja Rosdakarya
Yusuf, Syamsu (2004). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja. Bandung: Remaja Rosda Karya.
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1854941-kesehatan-mental-remaja/
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/pengertian-kesehatan-mental-dan-konsep.html
http://organisasi.org/hal-faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental-manusia-internal-dan-eksternal-psikologi
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1854941-kesehatan-mental-remaja/#ixzz1ZEhkClWZ
http://bpi-uinsuskariau3.blogspot.com/2010/12/pengertian-kesehatan-mental-dan-konsep.html
http://organisasi.org/hal-faktor-yang-mempengaruhi-kesehatan-mental-manusia-internal-dan-eksternal-psikologi
http://id.shvoong.com/social-sciences/psychology/1854941-kesehatan-mental-remaja/#ixzz1ZEhkClWZ
http://id.wikipedia.org/wiki/Remaja
Keluarga. http://www.pages-yourfavorite.com/ppsupi/
abstrakpu2004.html
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm)
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0403/26/muda/933870.htm)
izin copas buat nambahin tugas
BalasHapusizin copas buat nambahin tugas
BalasHapusgo visit : http://www.unair.ac.id/kesehatan-mental-untuk-kesejahteraan-masyarakat-berita_1304.html
BalasHapusIzin copas untuk tugas
BalasHapusIzin copas untuk tugas
BalasHapuskeren
BalasHapus