Minggu, 04 November 2012

KESEHATAN OLAHRAGA MAKALAH TINGKAT DIABETES DI INDONESIA



KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT. Yang mana atas berkat Rahmat dan Karunia-Nya saya telah menyelesaikan tugas makalah besar mata kuliah Kesehatan Olahraga dengan membahas “Tingkat Diabetes di indonesia”. Yang mudah-mudahan tugas ini dapat bermanfa’at bagi kita semua.
Dalam penyusunan tugas makalah besar ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi. Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
  1. Ibu guru bidang studi kesehatan olahraga yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada saya sehingga saya dapat termotivasi dan menyelesaikan tugas ini.
  2. Orang tua yang telah turut membantu, membimbing, dan mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas ini selesai.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai.
Dalam Penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh saya. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat di harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini
Akhirnya saya berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.



Penulis


Dian Kusuma Dewi

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL                                                                                                              1
KATA PENGANTAR                                                                                                            2           
DAFTAR ISI                                                                                                                         3
BAB I PENDAHULUAN                                                                                                      4
A.  Latar Belakang Masalah                                                                                             4
B.   Rumusan Masalah                                                                                                     6
C.   Tujuan                                                                                                                       6
BAB II KAJIAN TEORI                                                                                                        7
A.  Pengertian                                                                                                                  7
B.   Tipe Diabetes Militus                                                                                                 8
C.   Diabetes Militus Tipe II                                                                                             10
D.  Metabolisme Lemak Pada Penderita Diabetes                                                            11
1. Hipertrigliseridemia                                                                                               11
2. Hiperkolesterolemia terutama kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar kolesterol HDL                                                                                                                      12
3. Jenis Kolesterol                                                                                                     12
BAB III PEMBAHASAN                                                                                                       14
3.1 Pengertian Diabetes Melitus                                                                                      15
3.2 Gejala Umum Diabetes Melitus                                                                                16
3.3 Tipe Penyakit Diabetes Melitus                                                                                16
3.4 Penyebab terjadinya Diabetes Melitus                                                                      18
3.5 Komplikasi                                                                                                               19
3.6 Pengobatan Penanganan Penyakit Diabetes Melitus                                                  20
BAB IV PENUTUP                                                                                                               21
A. Kesimpulan                                                                                                                      21
B.  Saran                                                                                                                                21

TINGKAT DIABETES DI INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah
Diabetes Melitus adalah salah satu penyakit yang berbahaya yang kerap disebut sebagai silent killer selain penyakit jantung, Orang lazim menyebutnya sebagai penyakit gula atau kencing manis. Diabetes mellitus atau penyakit gula atau kencing manis adalah penyakit yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang melebihi normal (hiperglikemia) akibat tubuh kekurangan insulin baik absolut maupun relatif.
Diabetes Mellitus merupakan suatu keadaan hiperglikemia yang ditandai oleh keadaan absolute insulin yang bersifat kronik yang dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat. Protein dan lemak yang disebabkan oleh sebuah ketidak seimbangan atau ketidak adanya persediaan insulin atau tak sempurnanya respon seluler terhadap insulin ditandai dengan tidak teraturnya metabolisme.           
Penyakit diabetes mellitus ini banyak dijumpai di Amerika Serikat. Penderita diabetes mellitus sekitar 11 juta atau 6% dari populasi yang ada dan diabetes mellitus menduduki peringkat ketiga setelah jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia penderita diabetes mellitus ada 1,2 % sampai 2,3% dari penduduk berusia 15 tahun. Sehingga diabetes mellitus tercantum dalam urutan nomor empat dari proses prioritas pertama adalah penyakit kardiovaskuler kemudian disusul penyakit serebro vaskuler, geriatric, diabetes mellitus, reumatik dan katarak sehingga diabetes mellitus ini dapat menimbulkan berbagai komplikasi (Donna D. ignativius, 1993).        
Dalam proses perjalanan penyakit diabetes mellitus dapat timbul komplikasi baik akut maupun kronik komplikasi akut dapat diatasi dengan pengobatan yang tepat antara lain ketoasidosis. Hiperosmolar non ketotik koma dan toksik asidosis. Sedangkan komplikasi kronik timbul setelah beberapa tahun seperti mikroangiopati, neuropati, nefropati dan retinopati dan makro angiopati kardiovaskuler dan peripheral vaskuler (Brunner & Suddarth, 2000). 
Perawatan secara umum untuk penderita diabetes mellitus diet, olahraga, atau latihan fisik dan obat hiperglikemia (anti diabetic) dan untuk olahraga atau latihan fisik yang dianjurkan pada penderita diabetes mellitus itu meliputi latihan ringan yang dapat dilakukan ditempat tidur untuk penderita di rumah sakit latihan ini tidak memerlukan persiapan khusus cukup gerak ringan diatas tempat tidur kurang lebih 5 sampai 10 menit misalnya menggerakkan kedua tangan, ujung jari, kaki dan kepala. Selain itu bisa dilakukan senam, senam ini harus disertai dengan kemampuan yang harus disesuaikan dengan kemampuan kondisi penyakit penyerta.
Didalam perawatan penyakit diabetes mellitus merupakan penyakit yang memerlukan perawatan dan penanganan seumur hidup. Maka banyak klien yang keluar masuk rumah sakit. Oleh karena itu peran perawat sangat diharapkan tidak hanya terhadap keadaan fisik klien tetapi juga psikologis klien juga perawat diharapkan dapat memberikan motivasi dan edukasi kepada klien tentang pentingnya kepatuhan klien terhadap klien dan perawat dengan tidak mengesampingkan aspek asuhan keperawatan yang lain.
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam kehidupan sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya. Dalam kehidupan sekarang telah banyak ilmu –ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat diderita (Ariska, 2008).
Salah satunya penyakit degeneratif yang dapat timbul dikarenakan pola dan gaya hidup yang dapat mengganggu kesehatan seseorang adalah Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia kronis yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerusakan kinerja insulin atau kombinasi keduanya. Ketidakoptimalnya kerja insulin merupakan akibat dari kurangnya sekresi insulin atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin. Kurangnya sekresi insulin dan kerusakan kerja insulin sering terjadi bersamaan sehingga menyebabkan kelainan yang merupakan penyebab terjadinya hiperglikemia (ADA, 2005).
World Health Organisation (WHO) tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa (Depkes, 2008). Berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2008 mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi risiko diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia (Anonim, 2010). Di Jawa Tengah, prevalensi DM tipe 2 mengalami peningkatan dari tahun 2006 sampai tahun 2008, yaitu sebesar 0,83% pada tahun 2006, 0,96% pada tahun 2007 dan 1,25% pada tahun 2008 (Dinkes
Provinsi Jawa Tengah, 2008). Peningkatan prevalensi diabetes seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik, kurang konsumsi serat, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain.

B.  Rumusan Masalah
1.      Di indonesia penyakit Diabetes Mellitus menduduki tingkat ke berapa?
2.      Apa penyakit Diabetes Melitus itu?
3.      Bagaimana gejala-gejala umum yang dirasakan penderita penyakit ini?
4.      Ada berapa jenis penyakit ini?
5.      Apa penyebab timbulnya penyakit ini?
6.      Komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit ini?
7.      Bagaimana cara menanganinya?

C.  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui Apa penyakit Diabetes Melitus itu, Bagaimana gejala yang dirasakan penderita penyakit ini, Ada berapa jenis penyakit ini, Apa penyebab timbulnya penyakit ini, Komplikasi apa saja yang terjadi pada penyakit ini, dan Bagaimana cara menanganinya.











BAB II
KAJIAN TEORI

A.  Pengertian     
“Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemi kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal ,yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskopik electron” (Mansjoer, 2001)           
“Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2000).
“Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat.” (Price, 2000)
Dari beberapa definisi diatas tentang DM dapat diambil kesimpulan bahwa DM adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormonal (dalam hal ini adalah hormon insulin yang dihasilkan oleh pankreas) dan melibatkan metabolisme karbohidrat dimana seseorang tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi dengan baik, karena proses autoimmune, dipengaruhi secara genetik dengan gejala yang pada akhirnya menuju tahap perusakan imunologi sel-sel yang memproduksi insulin.
Menurut kriteria diagnostik PERKENI (Perkumpulan Endokrinologi Indonesia) 2006, seseorang dikatakan menderita diabetes jika memiliki kadar gula darah puasa >126 mg/dL dan pada tes sewaktu >200 mg/dL. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Ada cara lain untuk menurunkan kadar gula darah yaitu dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga karena otot menggunakan glukosa dalam darah untuk dijadikan energi.
Kondisi ini dapat pula terjadi apabila sel otot, lemak dan liver kurang merespon hormon insulin. Pada orang yang mengidap diabetes, kadar glukosa menumpuk dalam darah dan urin, menyebabkan kencing yang berlebihan, rasa haus dan lapar, dan masalah dengan lemak dan metabolisme protein. Diabetes melitus berbeda dari diabetes insipidus, yang disebabkan karena kekurangan hormon vasopressin yang mengatur jumlah urine yang dikeluarkan.
Diabetes umumnya diderita oleh orang dewasa berusia diatas 45 tahun; terutama pada orang yang memiliki kelebihan berat badan dan tidak memiliki cukup aktivitas, pada individu yang memiliki keluarga yang mengidap diabetes; dan diidap pula oleh orang Afrika, Hispanic dan keturunan orang Amerika. Tingkat tertinggi penderita diabetes terjadi di Amerika. Diabetes lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pada pria.

B.  Tipe Diabetes Militus
Ada 2 tipe Diabetes Mellitus, yaitu:
1.      Diabetes Mellitus tipe 1 (diabetes yang tergantung kepada insulin)
2.      Diabettes Mellitus tipe 2 (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin, NIDDM)
Pada diabetes tipe I; sering disebut diabetes tergantung insulin dan diabetes–mulai kecil; tubuh tidak dapat memproduksi insulin atau memproduksi insulin hanya dengan jumlah yang sedikit. Gejala yang timbul biasanya datang secara tiba-tiba, terutama pada individu yang berumur dibawah 20 tahun. Kebanyakan kasus terjadi pada masa puber—pada usia 10 sampai 12 tahun untuk wanita dan 12 sampai 14 tahun pada laki-laki.
Pada diabetes tipe II, yang sebelumnya disebut dibetes tidak–tergantung insulin dan diabetes umur dewasa, kemampuan tubuh untuk menyelaraskan antara insulin yang dihasilkan dengan kemampuan sel untuk menggunakan insulin menjadi buruk. Karakteristik gejala yang ditimbulkan pada tipe 2 sama seperti gejala yang terjadi pada tipe 1, termasuk infeksi yang berulang atau luka di kulit yang lama sembuh atau tidak sama sekali, kelelahan dalam arti umum, dan kesemutan atau rasa kebal di tangan dan kaki. Diabetes tipe II ini biasanya berawal di usia sekitar 45 tahun. Meski demikian, kejadian dimana penyakit ini dimulai di usia yang lebih muda makin sering terjadi. Karena gejala yang timbul berkembang secara perlahan, seseorang yang mengidap penyakit ini sering tidak mengetahui secara dini bahwa penyakit ini telah ada dalam dirinya. Beberapa gen secara bersama-sama dapat menyebabkan diabetes tipe II. Selain itu, para ilmuwan percaya bahwa kegemukan memiliki peran yang besar dalam menyebabkan penyakit diabetes. Hampir 80% dari pengidap penyakit diabetes tipe II mengalami kelebihan berat badan.
Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 2
Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin
Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif
Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.
Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.
Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas. Tipe 2 merupakan suatu proses jangka panjang dalam tubuh dimana pola hidup dan pola makan yang salah membuat organ tubuh menjadi rusak, dan tidak mampu berfungsi baik lagi.
90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur
Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga

C. Diabetes Militus Tipe II
Diabetes mellitus tipe II merupakan  salah satu penyakit metabolisme dalam kelompok diabetes akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon aktifitas sekresi insulin dan gangguan sekresi insulin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian patikan kebo terhadap kadar gula darah tikus diabetes mellitus tipe II dan seberapa besar pengaruh pemberiannya. 
Pasien Diabetes Mellitus tipe 2 mempunyai dua efek fisiologis. Sekresi insulin abnormal dan resistensi terhadap kerja insulin pada jaringan sasaran. Ada tiga fase normalitas. Pertama glukosa plasma tetap normal meskipun terlihat resistensi urin karena kadar insulin meningkat. Kedua, resistensi insulin cenderung menurun sehingga meskipun konsentrasi insulin meningkat, tampak intoleransi glukosa bentuk hiperglikemia.
Pada diabetes mellitus tipe 2, jumlah insulin normal, malah mungkin banyak, tetapi jumlah reseptor pada permukaan sel yang kurang. Dengan demikian, pada DM tipe 2 selain kadar glukosa yang tinggi, terdapat kadar insulin yang tinggi atau normal. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Penyebab resistensi insulin sebenarnya tidak begitu jelas, tetapi faktor berikut ini turut berperan :
·       Obesitas terutama sentral.
·       Diet tinggi lemak rendah karbohidrat.
·       Tubuh yang kurang aktivitas.
·       Faktor keturunan.
Pola makan dan konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang perlu diperhatikan karena zat gizi sangat dibutuhkan oleh metabolisme tubuh sehingga proses pencernaan dan absorbsi tidak terganggu dengan didukung oleh organ tubuh yang berfungsi dengan baik. Tinggi rendahnya kadar gula dalam darah dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi terutama sumber karbohidrat, protein, dan lemak.
Pada pasien DM tipe 2 perlu dilakukan pemantauan konsumsi makanan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi terhadap kadar trigliserida agar tidak terjadi atherosklerosis yang dapat mengakibatkan komplikasi makrovaskuler, yaitu penyakit kardiovaskular (CVD). Gangguan metabolisme lemak pada penderita diabetes biasanya berupa triad lipid, yaitu hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia terutama kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar kolesterol HDL (Suyono, 2004).

D.  Metabolisme Lemak Pada Penderita Diabetes
Gangguan metabolisme lemak pada penderita diabetes biasanya berupa triad lipid, yaitu  :
1.      Hipertrigliseridemia
Trigliserida merupakan jumlah lemak yang bersirkulasi dalam darah. Dengan kata lain trigliserida sederhananya dapat disebut sebagai lemak. Lemak yang ada dalam makanan dan yang ada dalam tubuh merupakan bentuk dari trigliserida. Nilai trigliserida yang tinggi (hipertrigliseridemia) memiliki kaitan yang erat dengan timbulnya penyakit jantung. Banyak orang dengan penyakit jantung atau diabetes memiliki kadar trigliserida tinggi.
Peningkatan trigliserid dapat disebabkan oleh kelebihan berat badan / obesitas, aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol berlebihan dan diet tinggi karbohidrat, kelainan genetik dan lain sebagainya. Orang dengan trigliserida tinggi biasanya memiliki nilai LDL kolesterol jahat tinggi, nilai HDL kolesterol baik rendah dan nilai kolesterol total tinggi.
Trigliserida dalam darah berasal dari lemak yang ada dalam makanan atau dibuat di dalam tubuh dari sumber energi lain seperti karbohidrat. Kalori yang bersumber dari makanan yang tidak digunakan langsung oleh jaringan tubuh diubah menjadi trigliserida/lemak dan selanjutnya disimpan dalam sel-sel lemak tubuh.
ü  Level trigliserida terbagi menjadi :
  1. Nilai normal : kurang dari 150 mg/dl
  2. Cukup tinggi : 150 – 199 mg/dl
  3. Tinggi : 200 – 499 mg/dl
  4. Sangat tinggi : 500 mg/dl

ü  Trigliserida dikelompokkan menjadi :
  1. Lemak Jenuh (lemak jahat)
Berbentuk padat pada suhu ruangan dan dikenal sebagai lemak jahat. Umumnya lemak jenuh terdapat dalam produk hewani. Semakin banyak konsumsi lemak jenuh, maka akan semakin tinggi kadar koleseterol dalam darah. Contoh makanan yang mengandung lemak jenuh : susu murni, keju berlemak, cokelat, daging, kelapa, mentega, babi, hati, ayam. Sebaiknya jangan terlalu banyak mengkonsumsi jenis lemak jenuh ini.
  1. Lemak Tidak Jenuh (lemak baik)
Berbentuk cair atau lunak jika berada pada suhu ruangan. Lemak ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Jenis lemak tidak jenuh ini merupakan jenis lemak baik. Lemak ini terbagi dua yaitu lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda. Contoh makanan yang mengandung lemak tidak jenuh tunggal adalah zaitun, minyak kacang tanah, beberapa margarine yang non-dihidrogenasi, almond, kacang mete. Sementara lemak tidak jenuh ganda bersumber dari makanan yang mengandung omega 3 (contoh: ikan salmon, makarel, dan sarden, biji rami, walnut, dan minyak dan margarin yang non-hidrogenasi dibuat dari kanola, biji rami dan kedelai. Konsumsi setidaknya 2 porsi ikan per minggu) dan omega 6 (bunga matahari, kedelai dan minyak jagung, walnut, almond, biji wijen dan beberapa margarine non-dihidrogenasi).


  1. Lemak Trans
Jenis lemak trans akan meningkatkan kolesterol. Lemak ini terbentuk selama proses kimiawi (misalnya proses pemasakan) yang disebut hidrogenasi. Hidrogenasi adalah ketika sebuah lemak cair berubah menjadi lemak yang lebih padat. Kebanyakan margarine mengandung lemak trans. Untuk itu, pilih margarine yang tidak mengandung lemak trans (Anda bisa melihat label yang tertera pada kemasannya). Lemak trans berbahaya dan sebaiknya dihindari karena jenis lemak trans bertindak seperti lemak jenuh di dalam tubuh manusia yang akhirnya dapat meningkatkan kolesterol.
2.      Hiperkolesterolemia terutama kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar kolesterol HDL
Hiperkolesterolemia terjadi akibat adanya akumulasi kolesterol dan lipid pada dinding pembuluh darah. Kolesterol merupakan molekul yang berperan sangat penting dalam sintesis membran sel, prekusor sintesis hormon steroid, hormon korteks adrenal, sintesis asam- asam empedu dan vitamin D. Kolesterol terdiri atas high density cholesterol (HDL), low density cholesterol (LDL) dan trigliserida. HDL berperan dalam membawa kolesterol dari aliran darah ke hati. LDL berperan dalam membawa kolesterol kembali ke aliran darah. Kolesterol yang terdapat dalam tubuh dapat berasal dari makanan (eksogen) atau disintesis oleh tubuh (endogen). Hiperkolesterolemia disebabkan kadar kolesterol melebihi 239 mg/mL dalam darah. Untuk menanggulangi hiperkolesterolemia dapat digunakan agen inhibitor HMG-KoA (3-hidroksi-3-metilglutaril Koenzim A), misalnya lovastatin .
Kolesterol adalah partikel lembut, seperti lilin lemak (lipid) yang beredar dalam darah. Hal ini dihasilkan dalam hati dan merupakan steroid yang paling umum di dalam tubuh. Kolesterol adalah sebuah blok bangunan untuk membran sel dan itu sangat penting dalam pembentukan empedu (yang membantu pencernaan lemak), vitamin D, dan steroid dan hormon lainnya (misalnya, progesteron, estrogen, testosteron).
3.      Jenis Kolesterol
Kolesterol diukur dalam satuan miligram per desiliter darah (mg / dL). Beberapa jenis kolesterol dapat diukur dalam Laboratorium ,terdiri dari beberapa jenis pemeriksaan seperti :
1.      Total kolesterol darah
2.      HDL (high-density lipoprotein) kolesterol (“kolesterol baik)
3.      LDL (low-density lipoprotein) kolesterol (kolesterol “jahat”)
4.      Trigliserida
Kolesterol darah total adalah pengukuran kolesterol yang paling umum dilakukan dalam Laboratorium yang  mengukur kadar lemak (lipid) dalam aliran darah, termasuk molekul kolesterol dan trigliserida yang terkandung dalam LDL, HDL, dan partikel lemak lainnya.
Total kolesterol darah dapat digunakan untuk membantu menentukan apakah LDL dan trigliserida cenderung normal atau meningkat. Jika kadar kolesterol total tinggi, profil lipid digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya tingkatan lemak dalam darah.
HDL atau kolesterol baik dapat membantu melindungi terhadap terjadinya atherosklerosis dengan mencegah deposit kolesterol di dinding arteri seperti. Rendahnya tingkat HDL dalam darah dapat disebabkan oleh kecenderungan genetik, kurang olahraga, merokok, dan / atau obesitas.


















BAB III
PEMBAHASAN

Olahraga dapat membantu seseorang dalam mengontrol, menurunkan berat badan pada seorang yang kelebihan berat badan dan juga dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Hal itu dapat menurunkan resiko seseorang dari serangan jantung, suatu kondisi yang biasanya sering terjadi pada orang-orang yang mempunyai diabetes atau kencing manis. Dengan olahraga juga dapat membuat perasaan dan diri menjadi lebih baik dan dapat meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.
Olahraga yang cocok bagi penderita diabetes adalah olahraga aerobic. Aktifitas yang memakai oksigen secara teratur dan tidak membebani jantung dan paru, bahkan melatih napas paru-paru dan denyut jantung, mengangkat oksigen dari paru-paru ke jantung dan selanjutnya ke otot untuk aktifitas adalah aerobic. Yang termasuk olahraga aerobic antara lain yaitu jalan selama 30 menit dalam sehari dengan 5 hari dalam seminggu, jongging, peregangan otot betis; punggung; paha dan dada, dansa aerobic, senam, renang, dan bisa pula tenis, golf atau ski. Adapun tips berolahraga bagi penderita diabetes diantaranya yaitu:
* Bicarakan dan konsultasikan dengan dokter tentang latihan olahraga yang tepat.
* Periksalah kadar gula darah sebelum dan sesudah berolahraga      
* Pemeriksakan kaki akan adanya lepuh atau luka sebelum dan setelah berolahraga.           
* Kenakanlah sepatu dan kaus kaki yang cukup longgar atau luas.  
* Minumlah banyak cairan sebelum, selama dan setelah berolahraga.           
* Lakukan pemanasan sebelum berolahraga dan lakukan pendinginan setelah berolahraga.
* Sediakan atau persiapkan snack atau makanan ringan jika terjadi penurunan kadar gula darah yang terlalu rendah.
           

Olahraga bagi penderita diabetes tidak perlu berjam-jam. Cukup dilakukan secara rutin dalam 30 menit sehari selama 5-7 hari dalam seminggu. Mulailah dengan 10 menit pertama kemudian tiap minggu ditingkatkan 5 menit dan akhirnya mencapai 30 menit.
Pilihlah olahraga yang anda sukai dan anda merasa enjoy dengan olahraga tersebut sehingga anda tidak cepat merasa bosan. Dan buat jadwal teratur serta tentu saja anda harus mentaati jadwal yang telah anda buat tersebut. Jangan membuat beberapa alasan yang menjadikan anda malas berolahraga. Juga variasikan olahraga jika olahraga yang anda rutinkan sudah mulai terasa bosan. Dan jangan karena perubahan cuaca, anda tentu saja punya alasan untuk berhenti olahraga. Karena bagi penderita diabetes, olahraga adalah lebih baik bagi anda dalam memperbaiki control glukosa darah anda.    
Banyak orang yang masih menganggap penyakit diabetes merupakan penyakit orang tua atau penyakit yang hanya timbul karena faktor keturunan. Padahal, setiap orang dapat mengidap diabetes, baik tua maupun muda, termasuk Anda. Namun, yang perlu anda pahami adalah anda tidak sendiri.              

Menurut data WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita Diabetes Mellitus di dunia
setelah Amerika Serikat, India, dan Cina.Pada tahun 2000 yang lalu saja, terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang mengidap diabetes.    

Namun, pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.
              

Sangat disayangkan bahwa banyak penderita diabetes yang tidak menyadari dirinya mengidap penyakit yang lebih sering disebut penyakit gula atau kencing manis. Hal ini mungkin disebabkan minimnya informasi di masyarakat tentang diabetes terutama gejala-gejalanya.

Sebagian besar kasus diabetes adalah diabetes tipe 2 yang disebabkan faktor keturunan. Tetapi faktor keturunan saja tidak cukup untuk menyebabkan seseorang terkena diabetes karena risikonya hanya sebesar 5%. Ternyata diabetes tipe 2 lebih sering terjadi pada orang yang mengalami obesitas alias kegemukan akibat gaya hidup yang dijalaninya.


3.1 Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes mellitus, DM (bahasa Yunani: διαβαίνειν, diabaínein, tembus atau pancuran air) (bahasa Latin: mellitus, rasa manis) yang juga dikenal di Indonesia dengan istilah penyakit kencing manis atau penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.         
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah (memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia. Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.
Sebenarnya Diabetes merupakan penyakit keturunan atau bawaan Gen. Bila orang tua kita menderita Diabetes kemungkinan besar kita akan menderita Diabetes juga. Jadi dengan melihat garis keturunan kita harus waspada karena tidak 100 persen muncul penyakit itu, kemungkinan kita sebagai pembawa sifat/gen kemungkinan yang kena anak kita dst. Gejala atau symptom Diabetes Mellitus, atau Kencing Manis antara lain; Obesitas/Kegemukan, sering kencing/polyuria, banyak berkeringat, berat badan menurun drastis, selalu merasa lapar dan haus/polydipsia, lesu, dan kalau luka sulit sembuh.
3.2 Gejala Umum Diabetes Melitus
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Simtoma hiperglisemia lebih lanjut menginduksi tiga gejala klasik lainnya:
  • poliuria - sering buang air kecil
  • polidipsia - selalu merasa haus
  • polifagia - selalu merasa lapar
  • penurunan berat badan, seringkali hanya pada diabetes mellitus tipe 1 dan setelah jangka panjang tanpa perawatan memadai, dapat memicu berbagai komplikasi kronis, seperti:
Kata diabetes mellitus itu sendiri mengacu pada simtoma yang disebut glikosuria, atau  kencing manis, yang terjadi jika penderita tidak segera mendapatkan perawatan.
3.3 Tipe Penyakit Diabetes Melitus     
1. Diabetes mellitus tipe 1      
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas. Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.    

Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya, sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2      
Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sell dan jaringan tubuh terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.

Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin, diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Kadar Gula Dalam Darah  
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl. 
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.
Diagnosa Diabetes dapat ditegakkan jika hasil pemeriksaan gula darah puasa mencapai level 126 mg/dl atau bahkan lebih, dan pemeriksaan gula darah 2 jam setelah puasa (minimal 8 jam) mencapai level 180 mg/dl. Sedangkan pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara random (sewaktu) dapat membantu diagnosa diabetes jika nilai kadar gula darah mencapai level antara 140 mg/dL dan 200 mg/dL, terlebih lagi bila dia atas 200 mg/dl.
Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
3.4 Penyebab terjadinya Diabetes Melitus
Kemungkinan induksi diabetes tipe 2 dari berbagai macam kelainan hormonal, seperti hormon sekresi kelenjar adrenal, hipofisis dan tiroid merupakan studi pengamatan yang sedang naik daun saat ini. Sebagai contoh, timbulnya IGT dan diabetes mellitus sering disebut terkait oleh akromegali dan hiperkortisolisme atau sindrom Cushing.
Hipersekresi hormon GH pada akromegali dan sindrom Cushing sering berakibat pada resistansi insulin, baik pada hati dan organ lain, dengan simtoma hiperinsulinemia dan hiperglisemia, yang berdampak pada penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian.
GH memang memiliki peran penting dalam metabolisme glukosa dengan menstimulasi glukogenesis dan lipolisis, dan meningkatkan kadar glukosa darah dan asam lemak. Sebaliknya, insulin-like growth factor 1 (IGF-I) meningkatkan kepekaan terhadap insulin, terutama pada otot lurik. Walaupun demikian, pada akromegali, peningkatan rasio IGF-I tidak dapat menurunkan resistansi insulin, oleh karena berlebihnya GH.
Terapi dengan somatostatin dapat meredam kelebihan GH pada sebagian banyak orang, tetapi karena juga menghambat sekresi insulin dari pankreas, terapi ini akan memicu komplikasi pada toleransi glukosa.
Sedangkan hipersekresi hormon kortisol pada hiperkortisolisme yang menjadi penyebab obesitas viseral, resistansi insulin, dan dislipidemia, mengarah pada hiperglisemia dan turunnya toleransi glukosa, terjadinya resistansi insulin, stimulasi glukoneogenesis dan glikogenolisis. Saat bersinergis dengan kofaktor hipertensi, hiperkoagulasi, dapat meningkatkan risiko kardiovaskular.
Hipersekresi hormon juga terjadi pada kelenjar tiroid berupa tri-iodotironina dengan hipertiroidisme yang menyebabkan abnormalnya toleransi glukosa.
Pada penderita tumor neuroendokrin, terjadi perubahan toleransi glukosa yang disebabkan oleh hiposekresi insulin, seperti yang terjadi pada pasien bedah pankreas, feokromositoma, glukagonoma dan somatostatinoma.
Hipersekresi hormon ditengarai juga menginduksi diabetes tipe lain, yaitu tipe 1. Sinergi hormon berbentuk sitokina, interferon-gamma dan TNF-α, dijumpai membawa sinyal apoptosis bagi sel beta, baik in vitro maupun in vivo. Apoptosis sel beta juga terjadi akibat mekanisme Fas-FasL dan/atau hipersekresi molekul sitotoksik, seperti granzim dan perforin; selain hiperaktivitas sel T CD8- dan CD4-.
3.5 Komplikasi
Komplikasi jangka lama termasuk penyakit kardiovaskular (risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi. Komplikasi yang lebih serius lebih umum bila kontrol kadar gula darah buruk.
Ketoasidosis diabetikum
Pada penderita diabetes tipe I, gejalanya timbul secara tiba-tiba dan bisa berkembang dengan cepat ke dalam suatu keadaan yang disebut dengan ketoasidosis diabetikum. Kadar gula di dalam darah adalah tinggi tetapi karena sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin, maka sel-sel ini mengambil energi dari sumber yang lain. Sel lemak dipecah dan menghasilkan keton, yang merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asam (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan sering kencing, mual, muntah, lelah dan nyeri perut (terutama pada anak-anak). Pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Bahkan setelah mulai menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe I bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatkan satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan atau penyakit yang serius. Penderita diabetes tipe II bisa tidak menunjukkan gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, maka timbullah gejala yang berupa sering kencing dan haus. Jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula darah sangat tinggi (sampai lebih dari 1.000 mg/dL, biasanya terjadi akibat stres-misalnya infeksi atau obat-obatan), maka penderita akan mengalami dehidrasi berat, yang bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemik-hiperosmolar non-ketotik.
3.6 Pengobatan Penanganan Penyakit Diabetes Melitus      
Penderita diabetes tipe 1 umumnya menjalani pengobatan therapi insulin (Lantus/Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu makanan (diet).

Pada penderita diabetes mellitus tipe 2, penatalaksanaan pengobatan dan penanganan difokuskan pada gaya hidup dan aktivitas fisik. Pengontrolan nilai kadar gula dalam darah adalah menjadi kunci program pengobatan, yaitu dengan mengurangi berat badan, diet, dan berolahraga. Jika hal ini tidak mencapai hasil yang diharapkan, maka pemberian obat tablet akan diperlukan. Bahkan pemberian suntikan insulin turut diperlukan bila tablet tidak mengatasi pengontrolan kadar gula darah.
Pasien yang cukup terkendali dengan pengaturan makan saja, tidak mengalami kesulitan kalau berpuasa. Pasien yang cukup terkendali dengan obat dosis tunggal juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. Obat diberikan pada saat berbuka puasa. Untuk yang terkendala dengan obat hipoglikemik oral (OHO) dosis tinggi, obat diberikan dengan dosis sebelum berbuka lebih besar daripada dosis sahur. Untuk yang memakai insulin, dipakai insulin jangka menengah yang diberikan saat berbuka saja. Sedangkan pasien yang harus menggunakan insulin (DMTI) dosis ganda, dianjurkan untuk tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.















BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diabetes mellitus tipe II merupakan  salah satu penyakit metabolisme dalam kelompok diabetes akibat ketidakmampuan tubuh untuk merespon aktifitas sekresi insulin dan gangguan sekresi insulin. Pola makan dan konsumsi makanan dengan gizi yang seimbang perlu diperhatikan karena zat gizi sangat dibutuhkan oleh metabolisme tubuh sehingga proses pencernaan dan absorbsi tidak terganggu dengan didukung oleh organ tubuh yang berfungsi dengan baik. Tinggi ren dahnya kadar gula dalam darah dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi terutama sumber karbohidrat, protein, dan lemak.
Pada pasien DM tipe 2 perlu dilakukan pemantauan konsumsi makanan untuk mengetahui pengaruh asupan zat gizi terhadap kadar trigliserida agar tidak terjadi atherosklerosis yang dapat mengakibatkan komplikasi makrovaskuler, yaitu penyakit kardiovaskular (CVD). Gangguan metabolisme lemak pada penderita diabetes biasanya berupa triad lipid, yaitu hipertrigliseridemia, hiperkolesterolemia terutama kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kadar kolesterol HDL.

B.  Saran
Perubahan gaya hidup merupakan terapi utama untuk Diabetes Mellitus 2 Beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuh adalah :
1.   Jika Anda kelebihan berat badan, kurangi kalori untuk mencapai berat badan ideal Anda. Ini mencakup semua sumber kalori yang berasal dari lemak, protein, karbohidrat dan alkohol.
2.   Mengurangi makanan yang mengandung lemak jenuh, lemak trans dan kolesterol.
3.   Perbanyak makan buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah atau tanpa lemak.
4.   Lakukan aktivitas fisik minimal 30 menit setiap hari.
5.   Orang dengan trigliserida tinggi sebaiknya lebih memilih makanan dengan lemak tak jenuh tunggal dan tak jenuh ganda.
6.   Kurangi daging dan makanan fast food. Perbanyaklah makan makanan yang mengandung omega 3 seperti ikan.





















DAFTAR PUSTAKA
Buku Segala Sesuatu yang harus anda ketahui tentang DIABETES, oleh Prof Dr. Hans Tandra,SpPD-KEMD,PhD
http://thashaputri.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem : tanggal 4 jam 21.40
http://www.medicastore.com/diabetes/ : tanggal 4 jam 21.45
http://thashaputri.multiply.com/journal/item/8?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem : tanggal 4 jam 21.55

Tidak ada komentar:

Posting Komentar